menu

Kamis, 03 Oktober 2013

Perbandingan Jenis Kelamin (Sex Ratio) Dan Angka Ketergantungan (Dependency Ratio)



Perbandingan Jenis Kelamin (Sex Ratio) Dan Angka Ketergantungan (Dependency Ratio)


               A.  PERBANDINGAN JENIS KELAMIN (SEX RATIO)

Definisi
Rasio Jenis Kelamin (RJK) adalah perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan per 100 penduduk perempuan.
Kegunaan
Data mengenai rasio jenis kelamin berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil. Misalnya, karena adat dan kebiasaan jaman dulu yang lebih mengutamakan pendidikan laki-laki dibanding perempuan, maka pengembangan pendidikan berwawasan gender harus memperhitungkan kedua jenis kelamin dengan mengetahui berapa banyaknya laki-laki dan perempuan dalam umur yang sama. Informasi tentang rasio jenis kelamin juga penting diketahui oleh para politisi, terutama untuk meningkatkan keterwakilan perempuan dalam parlemen. 

Cara Menghitung
RJK diperoleh dengan membagi jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan dan hasilnya dikalikan dengan 100.  
Rumus






 dimana
RJK adalah rasio jenis kelamin
∑ L adalah jumlah penduduk laki-laki di suatu daerah pada suatu waktu
∑ P adalah jumlah penduduk perempuan di suatu daerah pada suatu waktu
K =100 pendduduk perempuan.

Data yang Dibutuhkan
Jumlah penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan di daerah yang sama untuk suatu tahun tertentu.

Sumber Data
Tabulasi penduduk menururt jenis kelamin dari Sensus Penduduk, Supas atau Susenas dan lain lain. 


Contoh
Jumlah penduduk laki-laki menurut Sensus Penduduk tahun 2000 adalah 103,179,900 orang, dan jumlah penduduk perempuan dari data yang sama adalah 102,663,400 orang. Jadi rasio jenis kelamin Penduduk Indonesia tahun 2000 adalah 101. Artinya, tiap tiap 100 penduduk perempuan ada sebanyak 101 penduduk laki-laki.

Rasio jenis kelamin lebih dari seratus untuk Indonesia baru pertama kali terjadi pada tahun 2000 ini. Sebelumnya rasio jenis kelamin berada sedikit dibawah 100, misalnya 98 atau 97. Artinya untuk tiap 100 penduduk perempuanhanya ada 97 atau 98 penduduk laki-laki. Di daerah di mana diperlukan banyak tenaga laki-laki untuk bekerja seperti di daerah pertambangan mempunyai rasio jenis kelamin lebih tinggi dari 100, artinya di daerah itu terdapat penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan.  Daerah yang ditinggalkan merantau oleh para laki-laki cenderung mempunyai rasio jenis kelamin dibawah 100 yang menunjukkan jumlah perempuan lebih banyak dari pada penduduk laki-laki.

Rasio jenis kelamin dapat diamati menurut umur penduduk.  Dari Tabel 1 di atas terlihat bahwa rasio jenis kelamin penduduk dibawah usia 14 tahun berada diatas angka 100. Artinya ada kemungkinan bahwa lebih banyak anak laki-laki yang dilaporkan dalam sensus dibanding anak perempuan. Di daerah dimana anak laki-laki lebih disukai dibanding anak perempuan (son preference) seperti di kalangan masyarakat Batak, di India atau China misalnya, rasio jenis kelamin anak-anak selalu diatas 100, karena ada kecenderungan kekurangan pelaporan (under-reporting) anak perempuan.


        B.  ANGKA KETERGANTUNGAN (DEPENDENCY RATIO)

Penduduk muda berusia dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia diatas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia 15-64 tahun, adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu akurat, rasio ketergantungan semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi.

Definisi
            Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun. Rasio ketergantungan dapat dilihat menurut usia yakni Rasio Ketergantungan Muda dan Rasio Ketergantungan Tua.
·         Rasio Ketergantungan Muda adalah perbandingan jumlah penduduk umur 0-14 tahun dengan jumlah penduduk umur 15 - 64 tahun.
·         Rasio Ketergantungan Tua adalah perbandingan jumlah penduduk umur 65 tahun ke atas dengan jumlah penduduk di usia 15-64 tahun.

Kegunaan
            Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. 

Cara Menghitung

            Rasio Ketergantungan didapat dengan membagi total dari jumlah penduduk usia belum produktif (0-14 tahun) dan jumlah penduduk usia tidak produktif (65 tahun keatas) dengan  jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun). 

Rumus






 
  










Dimana
RKTotal  = Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Muda dan Tua
RKMuda  = Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Muda
RKTua  = Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Tua
P(0-14)  = Jumlah Penduduk Usia Muda (0-14 tahun)
P(65+)  = Jumlah Penduduk Usia Tua (65 tahun keatas)
P(15-64)  = Jumlah Penduduk Usia Produktif (15-64 tahun)

Contoh
Untuk memudahkan pemahaman tentang perhitungan Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio), di bawah ini diberikan contoh perhitungan dengan menggunakan data SP 2000 (lihat Tabel 1). Langkah pertama adalah menghitung jumlah penduduk yang dikelompokkan menjadi tiga yaitu kelompok umur muda (0-14 tahun), kelompuk usia kerja 15-64 tahun (umur produktif) dan kelompok umur tua (65 tahun ke atas).  
Tabel 1  Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Muda, Umur Produktif, dan Umur Tua, Tahun 2000

Kel. Umur 
Jumlah Penduduk 
0-14
63 206 000
15-64
13 3057 000
65+
9 580 000

Setelah jumlah penduduk kelompok umur muda (0-14 tahun), umur produktif (15-64 tahun) dan umur tua (65 tahun ke atas) diperoleh. Selanjutnya dapat dihitung rasio ketergantungan (dependency ratio, dengan hasil seperti yang disajikan pada Tabel 3 berikut.  
Tabel 2 Rasio Ketergantungan Muda, Tua, dan  Total  Tahun 2000

Keterangan
Rasio Ketergantungan
RKTot
54,7
RKMuda
47,0
RKTua
7,2


Interpretasi
Dari contoh perhitungan di atas, rasio ketergantungan total adalah sebesar 54,7 persen, artinya setiap 100 orang yang berusia kerja (dianggap produktif) mempunyai tanggunagn sebanyak 55 orang yang belum produktif dan dianggap tidak produktif lagi. Rasio sebesar 54.7 persen ini disumbangkan oleh rasio ketergantungan penduduk muda sebesar 47,0 persen, dan rasio ketergantungan penduduk tua sebesar 7,2 persen. Dari indikator ini terlihat bahwa pada tahun 2000 penduduk usia kerja di Indonesia masih dibebani tanggung jawab akan penduduk muda yang proporsinya lebih banyak dibandingkan tanggung jawab terhadap penduduk tua.
Rasio ketergantungan ini sudah jauh berkurang dibandingkan dengan keadaan pada saat sensus 1971. Pada tahun 1971 rasio ketergantungan total adalah sebesar 86 per 100 penduduk usia kerja, dan kemudian menurun secara pasti sampai tahun 2000. Penurunan ini terjadi terutama karena penurunan tingkat kelahiran sebagai dampak dari keberhasilan program keluarga berencana selama 30 tahun terakhir.














7 komentar: