Perbandingan Jenis Kelamin (Sex Ratio) Dan Angka Ketergantungan (Dependency Ratio)
A.
PERBANDINGAN JENIS
KELAMIN (SEX RATIO)
Definisi
Rasio Jenis Kelamin (RJK) adalah perbandingan jumlah
penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan per 100 penduduk perempuan.
Kegunaan
Data mengenai rasio jenis kelamin berguna untuk
pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan gender, terutama yang
berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil.
Misalnya, karena adat dan kebiasaan jaman dulu yang lebih mengutamakan
pendidikan laki-laki dibanding perempuan, maka pengembangan pendidikan
berwawasan gender harus memperhitungkan kedua jenis kelamin dengan mengetahui
berapa banyaknya laki-laki dan perempuan dalam umur yang sama. Informasi
tentang rasio jenis kelamin juga penting diketahui oleh para politisi, terutama
untuk meningkatkan keterwakilan perempuan dalam parlemen.
RJK diperoleh dengan membagi jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan dan hasilnya dikalikan dengan 100.
Rumus
dimana
RJK
adalah rasio jenis kelamin
∑ L
adalah jumlah penduduk laki-laki di suatu daerah pada suatu waktu
∑ P
adalah jumlah penduduk perempuan di suatu daerah pada suatu waktu
K =100
pendduduk perempuan.
Data yang Dibutuhkan
Jumlah
penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan di daerah yang sama untuk
suatu tahun tertentu.
Sumber Data
Tabulasi
penduduk menururt jenis kelamin dari Sensus Penduduk, Supas atau Susenas dan
lain lain.
Contoh
Jumlah penduduk laki-laki menurut Sensus Penduduk tahun
2000 adalah 103,179,900 orang, dan jumlah penduduk perempuan dari data yang
sama adalah 102,663,400 orang. Jadi rasio jenis kelamin Penduduk Indonesia
tahun 2000 adalah 101. Artinya, tiap tiap 100 penduduk perempuan ada sebanyak
101 penduduk laki-laki.
Rasio jenis kelamin lebih dari seratus untuk Indonesia
baru pertama kali terjadi pada tahun 2000 ini. Sebelumnya rasio jenis kelamin
berada sedikit dibawah 100, misalnya 98 atau 97. Artinya untuk tiap 100
penduduk perempuanhanya ada 97 atau 98 penduduk laki-laki. Di daerah di mana
diperlukan banyak tenaga laki-laki untuk bekerja seperti di daerah pertambangan
mempunyai rasio jenis kelamin lebih tinggi dari 100, artinya di daerah itu
terdapat penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan. Daerah yang ditinggalkan merantau oleh
para laki-laki cenderung mempunyai rasio jenis kelamin dibawah 100 yang
menunjukkan jumlah perempuan lebih banyak dari pada penduduk laki-laki.
Rasio jenis kelamin dapat diamati menurut umur
penduduk. Dari Tabel 1 di atas terlihat bahwa rasio jenis
kelamin penduduk dibawah usia 14 tahun berada diatas angka 100. Artinya ada
kemungkinan bahwa lebih banyak anak laki-laki yang dilaporkan dalam sensus
dibanding anak perempuan. Di daerah dimana anak laki-laki lebih disukai
dibanding anak perempuan (son preference) seperti di kalangan
masyarakat Batak, di India atau China misalnya, rasio jenis kelamin anak-anak
selalu diatas 100, karena ada kecenderungan kekurangan pelaporan (under-reporting)
anak perempuan.
Penduduk muda berusia dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai
penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada
orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia
diatas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa
pensiun. Penduduk usia 15-64 tahun, adalah penduduk usia kerja yang dianggap
sudah produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah
penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu
akurat, rasio ketergantungan semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk
dari sisi demografi.
Rasio Ketergantungan (Dependency
Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0-14
tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas dibandingkan dengan
jumlah penduduk usia 15-64 tahun. Rasio ketergantungan dapat dilihat menurut usia
yakni Rasio Ketergantungan Muda dan Rasio Ketergantungan Tua.
·
Rasio Ketergantungan Muda adalah perbandingan
jumlah penduduk umur 0-14 tahun dengan jumlah penduduk umur 15 - 64 tahun.
·
Rasio Ketergantungan Tua adalah
perbandingan jumlah penduduk umur 65 tahun ke atas dengan jumlah penduduk di
usia 15-64 tahun.
Kegunaan
Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
Rasio Ketergantungan didapat dengan membagi total dari jumlah penduduk usia belum produktif (0-14 tahun) dan jumlah penduduk usia tidak produktif (65 tahun keatas) dengan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun).
Rumus
Dimana
RKTotal = Rasio Ketergantungan
Penduduk Usia Muda dan Tua
RKMuda = Rasio Ketergantungan Penduduk
Usia Muda
RKTua = Rasio Ketergantungan Penduduk
Usia Tua
P(0-14) = Jumlah Penduduk Usia Muda
(0-14 tahun)
P(65+) = Jumlah Penduduk Usia Tua (65
tahun keatas)
P(15-64) = Jumlah Penduduk Usia Produktif
(15-64 tahun)
Contoh
Untuk memudahkan pemahaman tentang perhitungan Rasio Ketergantungan (Dependency
Ratio), di bawah ini diberikan contoh perhitungan dengan menggunakan data
SP 2000 (lihat Tabel 1). Langkah pertama adalah menghitung jumlah penduduk yang
dikelompokkan menjadi tiga yaitu kelompok umur muda (0-14 tahun), kelompuk usia
kerja 15-64 tahun (umur produktif) dan kelompok umur tua (65 tahun ke atas).
Tabel 1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Muda, Umur Produktif,
dan Umur Tua, Tahun 2000
Kel. Umur
|
Jumlah Penduduk
|
0-14
|
63 206 000
|
15-64
|
13 3057 000
|
65+
|
9 580 000
|
Setelah jumlah penduduk kelompok umur muda (0-14 tahun), umur produktif
(15-64 tahun) dan umur tua (65 tahun ke atas) diperoleh. Selanjutnya dapat
dihitung rasio ketergantungan (dependency ratio, dengan hasil
seperti yang disajikan pada Tabel 3 berikut.
Tabel 2 Rasio Ketergantungan Muda, Tua, dan Total Tahun 2000
Keterangan
|
Rasio Ketergantungan
|
RKTot
|
54,7
|
RKMuda
|
47,0
|
RKTua
|
7,2
|
Interpretasi
Dari contoh
perhitungan di atas, rasio ketergantungan total adalah sebesar 54,7 persen,
artinya setiap 100 orang yang berusia kerja (dianggap produktif) mempunyai
tanggunagn sebanyak 55 orang yang belum produktif dan dianggap tidak produktif
lagi. Rasio sebesar 54.7 persen ini disumbangkan oleh rasio ketergantungan
penduduk muda sebesar 47,0 persen, dan rasio ketergantungan penduduk tua
sebesar 7,2 persen. Dari indikator ini terlihat bahwa pada tahun 2000 penduduk
usia kerja di Indonesia masih dibebani tanggung jawab akan penduduk muda yang
proporsinya lebih banyak dibandingkan tanggung jawab terhadap penduduk tua.
Rasio ketergantungan
ini sudah jauh berkurang dibandingkan dengan keadaan pada saat sensus 1971.
Pada tahun 1971 rasio ketergantungan total adalah sebesar 86 per 100 penduduk
usia kerja, dan kemudian menurun secara pasti sampai tahun 2000. Penurunan ini
terjadi terutama karena penurunan tingkat kelahiran sebagai dampak dari
keberhasilan program keluarga berencana selama 30 tahun terakhir.
gelap amat :/
BalasHapusgelap amat :/
BalasHapustolong kunjungi blog saya moderntekno15.blogspot.com
BalasHapustolong kunjungi blog saya moderntekno15.blogspot.com
BalasHapusGelap banget jadi males baca
BalasHapusHuuu abcd
BalasHapusniat buat artikel tidak..?
BalasHapus